Sabtu, 03 Desember 2016


"Rahayu Dhea"

                Oleh : Falvita Loven Dea               


Hai kawan, engkau apa kabar?
Sudah lupakah pada aku yang dulu kau rindu
Pada aku yang dulu kau benci
Sudah lupakah pada sosok wanita yang dikenal ibumu
Aku disini, aku ada disini..
Diatas sejadah, didekat kertas surah yang sempat kau baca
Kau tuliskan nama kita berdua
       “Rahayu Dhea”
Tulisanmu sangat indah
Jangankan aku, Penaku pun selalu berkata rindu

Sahabatku Ada

                                                                                         Oleh : Falvita Loven Dea


Aku tidak sedang berlari
Tapi kaki ku bergetar sekali
Aku tidak sedang menangis
Tapi air mataku semakin habis
Aku tidak sedang meratapi
Tapi hatiku sangat tersakiti

Sungguh, ternyata aku sedang bermimpi…
Sahabatku pergi..
Aku ingin sekali bangun dari tidur ini
Melihat dunia dengan mata terbuka
Hingga tak ada lagi luka dan duka

Sahabatku ada..
Kupastikan dia ada
Dia belum terbang kesurga
Aku dan dia masih main bersama,
Didunia yang sebenarnya sudah berbeda... 

Rahayu

Rahayu…

                                                                                       Oleh : Falvita Loven Dea


Rahayu..
Sebuah nama berjuta cerita
Tentang sebuah persahabatan yang kian melekat
Tentang dua orang yang berjuang dan saling bergandeng tangan
Sepertinya kita tidak salah melangkah
Dari halaman yang berbeda
Dipertemukan pada satu tempat kuliah…

Rahayu…
Namamu sangat indah, indah seperti dirimu
Kemana kita akan pergi hari ini?
Lihatlah mentari seakan menatap iri
Lihatlah kawan, cahayanya mulai menari..
Ayoo lihatlah…

Rahayu..
Kenapa kau diam saja?
Mari kita pergi, kita langkahkan kaki…
Mencari kesempatan bahagia disela-sela kesibukan dunia
Ayoo kawan bangkitlah, buka matamu nan indah itu
Temani aku menghabiskan waktu..

poem


Emosi dilaruti Puisi

Oleh : Falvita Loven Dea

Aku.. 
Adalah jiwa muda yang pernah lalai
Menghabiskan setiap detik waktuku bercinta dengan khayal..
Membiarkan emosi dilaruti puisi
Aku memandang sendu jiwa-jiwa  yang sok suci..
Suram terikat dalam takdir ini..
Aku seorang pemberonta pada makhluk bermuka dua
Menyumpah pada setiap kemunafikan yang ada
Sampai seseorang memandangi hidupku, menyentuh relung hati yang sepi
Dalam duniaku sudah tak ada lagi tepi
Bagiku semua mati! untuk apa dia disini??
Memberiku motivasi dengan beberapa kunci?
Atau membujuk merayuku dengan secangkir kopi?
Agar hidupku lebih tiada berarti…
Sungguh, bukan ini yang aku mau,
Sejatinya aku hanya ingin mengadu..
Tentang hidupku yang kian mencandu
Membuat darahku makin membeku…
Tuhan..
Berikan aku pintu, berikan pintu beserta kunci untukku..
Tak akan ku buat ruangan itu berdebu  dengan segala dosa-dosaku ..
Aku akan mengganti bajuku
Aku mulai belajar membersihkan tubuh
Aku terus berpacu demi waktu..
Hingga kelak, aku akan merasakan rindu
Walau bahkan aku tak pernah tau seperti apa itu rindu..
Sendiriku terus memilu….
Tuhan.. Ampuni khilafku…

Minggu, 27 November 2016

Isyarat Hati


Isyarat Hati
Oleh : Falvita Loven Dea

Satu kata....
Yang mampu hilangkan setengah jalanku..
Mencambuk luka hati yang pedih
Sangat sulit untuk tersenyum kembali
Bagaikan dinding putih kosong...
Kini telah dilukis dengan noda-noda
Mungkin langit ikut tertawa, melihat raga kehilangan jiwa
Mungkin sukma ikut bertanya,  setiap kata mencambuk jiwa

Sekarang....
Aku tak peduli..
Amarahku tak memandang ketakutan nyali
Setelah semuanya terjadi dan kali ini tak akan lagi
Biarkan langit menurunkan hujan, menghapus luka dan kecewa
Cerita ini akan berganti dan mentari akan bersinar lagi
Semoga lebih terang dari hari ini…

pengorbanan suram


Pengorbanan Suram
Oleh : Falvita Loven Dea

Pada senja yang menapak kemarin
Kutukan yang mungkin akan terjadi
Pada diri berdosa… mungkin sudah salah jalan
Suram tertancap pada takdir ini
Benarkah aku sudah tak layak lagi

Sekarang..
Di saat malam mulai merangkak pelan
Masih ada bekas dosa kemarin
Dengan seonggok logika merajalela
Berharap pergi secepatnya
Seperti cinta menggores hati
Seraya menaruh benci bila ditinggal pergi
Inikah pengorbanan??

Sabtu, 26 November 2016

Ayah...
apa kabar Ayah..? ini sudah malam keberapa aku disini tanpa ayah..?
selalu saja desiran angin menyampaikan rindu tentang keakraban kita..
Ayah..
sekarang aku makin dewasa yah, kubiarkan semua hujatan pedih tentang cinta
kurelakan cambuk luka menikam jiwa...
aku hanya ingin bercerita tentang lelaki setia..
Ayah...
izinkan aku menulis puisi, berikan aku pena dan kertas yah..
akan kutuliskan segala keluh kesahku tentang cinta yang selalu hadirkan luka...
dan tentang cinta yang menjadikanku putri bermahkota...
Ayah... hanya engkau lelaki setia, maafkan aku pernah berdusta..